Pentingnya Tetap Bergerak Aktif di Masa Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
Pada masa pandemi Covid-19, mulai dari himbauan untuk di rumah saja hingga masa new normal, masyarakat mulai menjalani kebiasaan dan cara hidup baru. Namun, kondisi ini juga berpengaruh pada kesehatan mental.
Psikolog dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani, M. Psi menjelaskan, menurut penelitian dari Brooks pada 2020, masa pandemi memiliki dampak kesehatan mental di berbagai kalangan usia, termasuk usia dewasa, mulai dari depresi, stress, low mood, mudah marah atau merasa terganggu, insomnia, post-traumatic stress disorder (PTSD), hingga kelelahan emosional.
"Situasi di mana kita terisolasi, karantina, gerak terbatas karena kita di rumah aja, dampaknya dari depresi, stres dan mudah merasa marah. Di rumah ramai, ada berisik, teriak, nggak enak dikit, marah," papar Nadya baru-baru ini.
"Ini biasanya identik sama dewasa muda, insomnia. Sulit tidur di malam hari dan jadi siklus. Besok paginya lelah secara fisik dan emosional," lanjutnya.
Sementara itu, penelitian dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan, membangun gaya hidup yang aktif, misalnya berolahraga rutin dan aktif bergerak dapat bermanfaat untuk menurunkan risiko depresi, melepaskan rasa tegang dan stres, serta meningkatkan energi fisik dan mental melalui produksi endorfin.
"Lingkaran ini buat kita beradaptasi dengan tetap aktif bergerak, berkegiatan. Penelitian menunjukkan, 15 menit berlari setiap hari atau jalan cepat bisa menurunkan risiko depresi. Gerak aktif atau lari bisa memproduksi hormon endorfrin untuk biologis kita atasi stres," kata Nadya.
"Dengan gerak aktif, jaga protokol kesehatan, bantu kita tidak depresi. Penelitian menunjukkan, bahwa sinar matahari ngga cuma untuk tulang tapi baik untuk cegah depresi," sambungnya.
Selain itu, melakukan hobi dan mengeksplorasi hal-hal baru juga bermanfaat untuk bantu meningkatkan tingkat mood dan mengurangi stres.
"Bahkan, bermula dari hal yang kita sukai, kita dapat mengeksplorasi potensi diri kita untuk menunjang perkembangan diri, baik secara personal maupun professional (self-growth)," kata dia.
Psikolog dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani, M. Psi menjelaskan, menurut penelitian dari Brooks pada 2020, masa pandemi memiliki dampak kesehatan mental di berbagai kalangan usia, termasuk usia dewasa, mulai dari depresi, stress, low mood, mudah marah atau merasa terganggu, insomnia, post-traumatic stress disorder (PTSD), hingga kelelahan emosional.
"Situasi di mana kita terisolasi, karantina, gerak terbatas karena kita di rumah aja, dampaknya dari depresi, stres dan mudah merasa marah. Di rumah ramai, ada berisik, teriak, nggak enak dikit, marah," papar Nadya baru-baru ini.
"Ini biasanya identik sama dewasa muda, insomnia. Sulit tidur di malam hari dan jadi siklus. Besok paginya lelah secara fisik dan emosional," lanjutnya.
Sementara itu, penelitian dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan, membangun gaya hidup yang aktif, misalnya berolahraga rutin dan aktif bergerak dapat bermanfaat untuk menurunkan risiko depresi, melepaskan rasa tegang dan stres, serta meningkatkan energi fisik dan mental melalui produksi endorfin.
"Lingkaran ini buat kita beradaptasi dengan tetap aktif bergerak, berkegiatan. Penelitian menunjukkan, 15 menit berlari setiap hari atau jalan cepat bisa menurunkan risiko depresi. Gerak aktif atau lari bisa memproduksi hormon endorfrin untuk biologis kita atasi stres," kata Nadya.
"Dengan gerak aktif, jaga protokol kesehatan, bantu kita tidak depresi. Penelitian menunjukkan, bahwa sinar matahari ngga cuma untuk tulang tapi baik untuk cegah depresi," sambungnya.
Selain itu, melakukan hobi dan mengeksplorasi hal-hal baru juga bermanfaat untuk bantu meningkatkan tingkat mood dan mengurangi stres.
"Bahkan, bermula dari hal yang kita sukai, kita dapat mengeksplorasi potensi diri kita untuk menunjang perkembangan diri, baik secara personal maupun professional (self-growth)," kata dia.
(alv)